Selasa, 29 Januari 2013

Tsunami

Istilah  tsunami  berasal  dari  bahasa  Jepang.  Tsu  berarti  "pelabuhan",  dan  nami berarti  "gelombang",  sehingga  tsunami  dapat  diartikan  sebagai  "gelombang pelabuhan". Istilah  ini  pertama  kali muncul di kalangan  nelayan  Jepang. Karena panjang  gelombang  tsunami  sangat  besar  pada  saat  berada  di  tengah  laut,  para nelayan  tidak  merasakan  adanya  gelombang  ini.  Namun  setibanya  kembali  ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar  pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang dalam.



Tsunami adalah sebuah  ombak yang terjadi setelah sebuah gempa  bumi,  gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya  yang  bergerak  cepat  ini  akan  semakin  membesar.  Tenaga  setiap tsunami  adalah  tetap  terhadap  fungsi  ketinggian  dan  kelajuannya.  Apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya  oleh  kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat  ketinggian  hingga  mencapai  30  meter  atau  lebih  di  daerah  pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan.